Mau
upgrade performa skutik tanpa bore up? "Trik paling diminati adalah
meniru teknik upgrade performa pada motor jenis bebek,” ujar Ditto Watt,
mekanik bengkel 5758 Motorcycle di Jl. Samoja, Kosambi, Bandung.
Untuk urusan upgrade tanpa bore-up, biasanya pengerjaan lebih banyak
terkonsentrasi pada silinder head. Kelar bagian atas, baru setingan
menjalar ke bagian lain. Mau tau lengkapnya?
Roller
Menurunkan bobot roller jadi langkah untuk menyelaraskan setingan
upgrade performa non bore-up yang sudah dibuat. Enggak perlu terlalu
banyak penurunan bobot roller-nya. Cukup lebih ringan 2 gram dari roller
standar bawaan skutik
Noken As
Buka tutup klep juga mesti disesuaikan. Untuk hal tersebut, langkah
paling mudah adalah dengan mengganti noken as standar dengan yang
racing. “Itu rumus sederhana bagi mereka yang pakai Yamaha Mio. Buat
pengguna Honda BeAT, treatment-nya bisa lebih sederhana lagi,” jelas
Ditto.
Masih kata Ditto, cukup setel ulang kerenggangan klep. Dengan fuller
gauge, setting ulang klep inlet pada angka 0,15-0,20 mm dan bagian
exhaust dibikin rapat (0,07-0,1 mm).
Porting
Dalam kondisi yang masih standar dinding pada lubang inlet maupun
exhaust, teksturnya seperti kulit jeruk. Oleh mekanik hal tersebut
dianggap sebagai penghambat alur gas masuk maupun keluar.
Supaya proses masuknya bahan bakar ke ruang bakar dan proses keluarnya
jadi lancar, bagian tersebut mesti dibuat halus dan rata. Untuk proses
menghaluskan dan meratakan, biasanya mekanik melakukan teknik porting
Knalpot
Dengan metode non bore-up untuk upgrade performa skutik, enggak
mengharuskan pakai knalpot racing. Namun agar proses pembuangannya lebih
lancar, knalpot bawaan motor mesti dimodifikasi. “Bila enggak mau
knalpot standar pabrik yang diobok-obok, bisa juga dilakukan ganti
knalpot aftermarket yang standar bobok,” kata ayah 1 anak itu.
Spuyer
Seting ulang spuyer, tergantung dengan keinginan dari si pengguna skutik
tersebut. Bila masih ingin mempertahankan penggunaan filter udara, maka
setingan spuyernya dibuat kering. Tapi bila maunya open filter, mau
tidak mau perbandingan spuyernya dibuat basah. “Soal berapa angka ukuran
spuyernya, mesti trial and error. Enggak bisa 1 perbandingan main jet
dan pilot jet, bisa dipakai pada semua skutik,” terang Ditto.
Kompresi
Meningkatkan rasio kompresi pada mesin skutik, akan membuat power
meningkat. Begitu gas dibuka, peningkatan mesin skutik yang perbandingan
kompresinya dinaikkan terasa dari rpm bawah sampai atas. “Buat Yamaha
Mio yang pistonnya cekung, cara menaikkan kompresinya bisa dengan
melakukan papas silinder head. Enggak usah banyak-banyak, untuk skutik
harian cukup 1-1,5 mm saja,” terang Ditto.
Sementara itu buat pengguna Honda BeAT, untuk menaikkan rasio kompresi
bisa dengan mengganti piston. Cukup masukkan piston Honda Vario yang
berkubah jenong
sumber : http://ivanivanivaan.blogspot.com/2012/09/tips-skutik-biar-kenceng-tanpa-bore-up.html
pada kali ini saya akan memberikan sedikit cara mencegah banjir dan bencana alam lainnya yang datang dari ulah manusia, kenapa saya membuat artikel ini?, karena seperti yang kita tahu bersama di beberapa daerah di indonesia sudah menjadi langganan banjir, meskipun daerah saya masih bebas banjir hingga saat ini :D, oke langsung saja baca yang dibawah ini :
- buanglah sampah pada tempatnya, langkah ini memang perlu kesadaran dari kita semua, bahkan ketika tempat sampah hanya berjarak beberapa meter saja dari tempat kita, masih ada yang berat kakinya untuk membuang ke tempatnya
- jangannlah kita menebang pohon-pohon di hutan dan dibantaran sungai karena pohon berperan penting bagi kehidupan ini terutama pencegahan banjir, sebenarnya kita boleh menebang pohon asalkan jangan berlebihan
- lakukanlah reboisasi/penanaman kembali pada hutan dan bantaran sungai agar hutan dan sungai yang gundul kembali hijau, apa lagi di atas bukit sangat di perlukan pohon terutama pohon berakar tunggang untuk menahan tanah longsor
- jangannlah membangun rumah di tepi sungai karena dapat mempersempit sungai karena sampah rumah tangga juga akan masuk sungai
- kali ini saya tidak tahu apakah apakah pembaca setuju atau tidak kalau saya sih setuju, yaitu hentikan pembangunan gedung-gedung tinggi dan besar karena itu akan membuat bumi kesayangan kita ini akan semakin sulit untuk menahan bebannya dan membuat permukaan tanah turun, itu bahaya lo!!
- dan yang terkhir ini sekedar pesan yaitu: sebenarnya pemerintah telah menyediakan tempat pembuangan sampah tapi kita sebagai masyarakat masih belum sadar untuk membuang sampah pada tempatnya,, apalagi ironisnya saya pernah melihat tempat sampah di jadikan untuk main bola "haduuh",
oh iya satu lagi kurangilah pembangunan rumah kaca,penggunaan Ac, parfum semprot dan lain lain, karena dapat membuat lapisan ozon menipis dan pemanasan global,, kita sekarang sudah merasakan efek pemanasan global seperti makin hari makin panas, ES di kutub selatan sudah mulai mencair dan masih banyak efek lainnya
saya harap para pembaca semua sadar, kita harus menjaga bumi kita ini
Mencegah dan
Menanggulangi Bencana Banjir dan Tanah Longsor
Banjir di kawasan bantaran Sungai Deli Kel Sei Mati Kec
Medan Maimun, beberapa waktu lalu seribuan rumah dari lima kecamatan terendam
banjir.
Oleh: Hodlan
JT Hutapea. Apa yang
biasanya kita lakukan pasca terjadinya bencana banjir dan tanah longsor di
negeri ini? Apakah hanya sebatas menambal tanggul yang bocor atau membangun
kembali bendungan yang jebol? Apakah hanya sekedar membersihkan rumah dari sisa
lumpur dan sampah, atau membersihkan saluran pembuangan air dan memperbaiki
jalanan umum? Setelah itu beramai-ramai kembali melupakan bencana tersebut dan
kemudian menjalani keseharian seperti sedia kala, seolah tidak tertimpa bencana
sebelumnya. Atau lebih parahnya, setelah banjir, maka saluran air
(gorong-gorong) yang sedang dibangun untuk menangani banjir secara preventif
tidak segera dirampungkan, mungkin karena banjir dianggap telah berlalu.
Secara
ilmiah dan kasat mata dapat dinyatakan bahwa bahwa bencana banjir dan tanah
longsor terjadi karena ulah manusia. Salah satu penyebab banjir adalah akibat
ulah sebagian masyarakat yang secara ‘sadar’ sering membuang sampah
sembarangan. Di daerah pedalaman, banyak masyarakat yang menggunduli hutan
untuk ditanami tanaman palawija. Hal ini bisa jadi merupakan buah dari
kemiskinan masyarakat sekitar hutan dan ketidaktahuan mereka akan bahaya banjir
dan tanah longsor yang potensial terjadi. Banjir bandang dan tanah longsor
sewaktu-waktu bisa saja terjadi karena akar serabut tanaman palawija tidak
mungkin dapat menahan air yang menggemburkan tanah waktu hujan deras.Ada dua kategori becana alam, yakni alami dan ulah manusia. Yang alami seperti gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung dan bajir. Sedangkan yang karena ulah manusia di antaranya pulusi air, tanah dan udara. Namun faktor pemicu terjadinya kedua kategori bencana alam ini menjadi sulit dibedakan. Sebab, pada akhirnya kontribusi ulah manusia yang eksploitatif terhadap alam dan lingkunganlah yang menjadi penyebab utama bencana banjir, tanah longsor dan pemanasan global.
Penyebab Banjir dan Longsor
Di Indonesia, kejadian banjir dan tanah longsor cenderung menunjukkan gejala yang semakin meningkat, semakin meluas, dan semakin mengganas dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan hingga saat ini belum ada upaya pencegahan dan penanggulangan banjir dan tanah longsor secara tuntas berdasarkan akar permasalahannya. Upaya-upaya yang saat ini dilakukan masih bersifat insidensial, umum, temporer, dan lebih berdasarkan kepentingan-kepentingan tertentu (Latief M. Rachman & Herdi Sahrasad).
Berulangnya bencana banjir dan tanah longsor sebenarnya merupakan suatu bukti bahwa manusia telah melakukan kekeliruan besar dalam mengelola sumber daya alam. Pun membuktikan bahwa sehebat apa pun teknologi yang digunakan manusia untuk mengatasinya, bencana banjir dan tanah longsor masih dan akan terus terjadi.
Di wilayah perkotaan, kesalahan pengelolaan sumber daya alam itu sangat kentara terjadi. Pembangunan dilakukan jor-joran dan tidak berspektif ekologis. Pendirian bangunan di kawasan resapan air mengakibatkan air langsung mengalir tanpa tertampung oleh tanah. Menipisnya kawasan hijau akibat pesatnya pembangunan gedung-gedung tinggi sangat berakibat buruk ketika musim penghujan tiba. Lihatlah Jakarta sebagai ibukota negara kita setiap tahun sudah langganan banjir.
Eksploitasi besar-besaran air tanah juga merupakan salah satu kesalahan fatal masyarakat perkotaan dalam hal pengelolaan sumber daya alam. Eksploitasi besar-besaran air tanah tersebut tidak hanya menjadi penyebab terjadinya kelangkaan air bersih, tetapi juga mengakibatkan penurunan permukaan tanah (land subsidence) terhadap permukaan air laut. Jakarta dan Semarang merupakan contoh perkotaan yang posisinya semakin rendah daripada permukaan laut, sehingga kedua kota ini senantiasa dihadapkan pada ancaman bencana banjir (selain banjir rob) pada musim penghujan dan kelangkaan air bersih pada musim kemarau.
Di kota-kota besar lainnya di Indonesia pun banyak yang mengalami hal seperti ini. Pembangunan yang menistakan lingkungan sekitar marak terjadi dan sekan menjadi ‘tuntutan’ wajib bagi identitas sebuah kota. Akibatnya, permukiman kumuh bermunculan dan lahan sungai semakin sempit. Akibat bantaran sungai yang telah beralih fungsi menjadi permukiman kumuh itu, tak ayal ketika musim penghujan tiba sungai sudah tidak mampu lagi menahan debit air yang besar.
Sungai Ciliwung dan Bengawan Solo adalah contoh buruknya pengelolaan bantaran sungai yang telah beralih fungsi tersebut sehingga setiap tahun kedua sungai ini akan meluap dan membanjiri kawasan pemukiman kumuh di kedua sisi sungai. Kesalah kelolaan tersebut juga mengakibatkan rusaknya kondisi aliran sungai, yang meliputi wilayah yang paling hulu sampai ke hilirnya.
Kasus tanah longsor agak berbeda dengan banjir. Tanah longsor terjadi akibat sejumlah massa tanah di atas bidang luncur bergerak ke bawah karena gaya berat atau gravitasi. Longsor dapat juga terjadi karena runtuhnya sejumlah massa tanah dari ketinggian tempat tertentu secara tiba-tiba. Penyebab tanah longsor adalah tidak adanya penahan terhadap massa tanah yang jatuh dari dorongan gaya gravitasi tersebut.
Pencegahan dan Penanggulangan
Ada dua jenis banjir, yakni banjir daerah hulu dan banjir daerah hilir, yang pencegahan dan penanggulangannya tentu berbeda.
Selama ini pedoman dasar yang dipergunakan untuk pengelolaan air, yaitu air hujan yang jatuh ke permukaan tanah yang penting dapat dialirkan menuju saluran, parit, sungai kecil, sungai besar dan seterusnya akhirnya ke laut. Pedoman ini harus diganti dengan mengusahakan agar air hujan sebanyak mungkin diresapkan ke dalam tanah dan sedikit mungkin mengalir di permukaan tanah.
Beberapa kesalahan pengelolaan di wilayah hulu yang menyebabkan banjir dan longsor dikarenakan rendahnya kapasitas permukaan tanah menyerap air hujan. Semua ini merupakan kontribusi dari:
1. Penggundulan, penebangan pohon, atau pembalakan liar di wilayah hutan;
2. Kesalahan pengelolaan pertanian lahan kering.
3. Tidak ditanaminya daerah kawasan selebar sedikitnya 100 meter kanan-kiri sepanjang sungai (besar) dengan pohon-pohonan sebagai kawasan hijau.
4. Di daerah perbatasan antara wilayah hulu dan hilir, konversi lahan pertanian menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, industri, infrastruktur jalan, fasilitas umum, dan lain sebagainya yang menyebabkan kapasitas resapan area menjadi jauh berkurang.
Untuk wilayah hulu yang terkena banjir, banjir biasanya terjadi karena meluapnya sungai utama dan jebolnya tanggul sungai yang melewati daerah-daerah tersebut. Daerah yang terkena banjir meluas mulai dari pinggir sungai atau tanggul yang jebol sampai ke wilayah tertentu yang posisinya lebih rendah. Banjir yang terjadi di Solo dan Madiun akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo dan jebolnya tanggul sungai merupakan contoh dari kasus banjir tipe wilayah hulu.
Pencegahan dan penanggulangan banjir untuk wilayah hulu (atas) karena air luapan sungai utama adalah: (1) memperbaiki kondisi daerah aliran sungai di wilayah hulunya sebagai daerah resapan air yang efektif agar tidak menghasilkan debit air sungai yang sangat besar ketika periode musim hujan tiba; (2) memperbaiki kondisi hutan yang ada di wilayah hulu; (3) memperbaiki sistem pertanian lahan kering yang ada di wilayah hulunya; (4) menjaga dan memelihara kawasan kanan-kiri sungai selebar 100 meter dan tanggul sungai sepanjang sungai utama sebagai kawasan hijau pohon-pohonan.
Untuk mengendalikan banjir yang terjadi tipe wilayah hulu agar cepat teratasi jika datang air luapan dari sungai yang melaluinya, perlu: (1) memperkuat tanggul-tanggul sungai agar tidak mudah jebol; (2) Membuat sistem distribusi pengairan air untuk mengalirkan air banjir tersebut ke daerah lain tanpa menimbulkan perluasan area banjir; (3) meningkatkan kapasitas resapan air di wilayah daerah banjir.
Sedangkan kesalahan pengelolaan wilayah hilir yang menyebabkan banjir di wilayah hilir (mendekati pantai) adalah; (1) tidak ditanaminya kawasan selebar sedikitnya 100 meter kanan-kiri sepanjang sungai; (2) penyempitan area aliran sungai, daerah kawasan kanan-kiri sungai, dan bahkan bagian dari tanggul sungai dan bantaran sungai yang digunakan sebagai permukiman penduduk; (3) sistem pengaturan tata air (perkotaan) lambat mengalirkan air yang berasal dari hulu menuju ke laut; (4) sistem drainase bagian hilir (perkotaan) yang tidak efektif dan lambat mengalirkan air ke laut, seperti saluran terlalu sempit dan sumbatan sampah; (5) kurangnya luasan daerah-daerah resapan air di wilayah perkotaan.
Penyebab banjir untuk wilayah hilir atau daerah pantai, pengaruh laut terutama pasang-surut laut dan ketinggian elevasi daratan sangat mempengaruhi. Meskipun air kiriman melalui sungai besar tertentu dari wilayah hulu tetap sebagai pemicu banjir, namun tanpa air kiriman itu wilayah hilir pun dapat juga mengalami banjir karena hujan lokal yang intensif dengan iystem drainase yang buruk serta air yang berasal dari pasang laut. Kasus banjir rob di wilayah pantai utara Jakarta merupakan contoh dari kasus ini.
Beberapa prinsip atau upaya utama pencegahan banjir untuk tipe wilayah hilir adalah: (1) membangun sistem pengairan yang mampu mengalirkan air hujan yang berkumpul di seluruh wilayah tersebut ke laut secara cepat dan efektif; (2) membangun sistem pengairan yang mampu mengalirkan air sungai yang berasal dari wilayah hulu menuju ke laut; (3) meningkatkan kapasitas resapan air di seluruh wilayah hilir; (4) mengendalikan atau mengurangi volume air sungai yang berasal dari wilayah hulunya dengan cara memperbaiki kondisi daerah aliran sungai wilayah hulunya atau sebagai daerah resapan air yang efektif agar tidak menghasilkan debit sungai yang besar ketika periode musim hujan tiba; (5) menjaga dan memelihara kawasan kanan-kiri sungai selebar sedikitnya 100 meter dan tanggul sungai sepanjang sungai utama sebagai kawasan hijau pohon-pohonan.
Sedangkan untuk mengendalikan banjir yang terjadi tipe wilayah hilir atau daerah pantai ketika terjadi banjir adalah membangun tanggul-tanggul penahan ombak untuk penahan air pasang atau banjir rob, dan membangun sistem pemompaan air untuk memompa air laut ke laut secara efektif.
Langganan:
Postingan (Atom)